Perkembangan pendidikan di Negara-negara Asia Tenggara telah berkembang pesat. Pendidikan di Indonesia pun mau tak mau harus ikut berkembang agar sumber daya manusianya tidak kalah dengan negara-negara lain. Sejak jatuhnya rezim orde baru pada tahun 1998, Indonesia hampir setiap tahun mengalami perkembangan pada sistem pendidikan.
Pergantian kepemimpinan saat itu juga menjadi sebuah tonggak awal perkembangan pendidikan di Indonesia, yaitu dengan adanya tuntutan anggaran pendidikan sebanyak 20 % dari Anggaran Pengeluaran Belanja Negara (APBN), sehingga terjadi pula perkembangan pada sistem pendidikan maupun pola-pola pembelajaran di Indonesia.
Pergantian kepemimpinan di Departemen Pendidikan Nasional juga memunculkan beberapa perubahan dalam sistem pendidikan nasional. Salah satu perubahan itu adalah munculnya kurikulum baru, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapan kurikulum ini merupakan upaya pemerintah agar meningkatkan kualitas pendidikan dalam menghadapi era globalisasi dan pasar bebas yang tidak mungkin dihindari. Kurikulum menurut Muhroji (2004) dipandang tepat dalam rangka memberikan ketrampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan.
Tidak hanya dunia pendidikan yang terpengaruh oleh jatuhnya orde baru, salah satu hal lainnya adalah perkembangan secara pesat teknologi yang diakses oleh bangsa Indonesia. Dan, bukan hanya sebatas peralatan yang digunakan saja yang berkembang, namun informasi pun berkembang masuk kedalam teknologi atau sering disebut Teknologi Informasi/Information Technology (IT), adapun salah satu bentuk dari perkembangan teknologi informasi itu adalah internet.
Internet merupakan salah satu bagian dari jaringan komputer di dunia yang informasi didalamnya dipancarkan melalui satelit dan dapat diakses dimanapun, sehingga apapun informasi yang dimasukkan (upload) ke dalam jaringan internet dapat seketika diketahui oleh pengguna internet diseluruh dunia walaupun informasi didapatkan dari benua yang berbeda.
Kemajuan teknologi informasi inilah yang dijawab dengan cepat oleh dunia pendidikan Indonesia, yaitu dengan masuknya mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di sekolah. Menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa penerapan aplikasi Teknologi Informasi yang tepat dalam sekolah dan dunia pendidikan merupakan salah satu faktor kunci penting untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dari bangsa-bangsa lain. Penyempurnaan kurikulum dilakukan sebagai respon terhadadap tuntutan perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, tuntutan desentralisasi, dan hak asasi manusia (Depdiknas, 2007: 1). Walau perkembangannya masih terbatas pada sekolah-sekolah tertentu di kota-kota besar di Indonesia, mata pelajaran ini menjadi salah satu wujud bahwa pendidikan tidak boleh tertinggal dengan perkembangan teknologi.
Sejak tahun 2004, perkembangan dunia pendidikan yang berkaitan dengan teknologi informasi tidak hanya terwujud dalam bentuk mata pelajaran. Namun juga dengan munculnya kelas baru pada sekolah-sekolah di kota-kota besar di Indonesia yang menggunakan teknologi informasi sebagai landasan pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yaitu kelas ICT (Information Communication Technology/Teknologi Informasi dan Komunikasi). Siswa dalam kelas ICT sudah menggunakan media Teknologi Informasi dan Komunikasi, seperti komputer multimedia dan internet ketika proses belajar mengajar di kelas.
Bimbingan dan Konseling (BK) sebagai salah satu pendukung dari kegiatan pendidikan harus berkembang mengikuti perkembangan pola pengajaran dan pendidikan di Indonesia. Saat ini, pekerjaan Guru Pembimbing atau BK mulai terlihat jelas dibandingkan ketika zaman orde baru, yaitu dengan munculnya kata konselor dalam UU No.2 Tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peran Guru Pembimbing sangat membantu dalam perkembangan peserta didik, terutama dalam membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dalam belajarnya. Tak hanya itu saja, pelayanan BK disekolah juga mengalami perkembangan. Jika dulu layanan bimbingan dan konseling hanya menerapkan pola 17 kini pada perkembangannya menjadi lebih terspesifik bidang yang harus digarap oleh guru pembimbing, yaitu dengan munculnya bidang bimbingan Agama, dan bimbingan keluarga sebagai bidang tambahan, atau para ahli BK sering menyebut bidang tersebut masuk dalam pola 17 plus.
Dengan berkembangnya teknologi informasi, bidang BK juga harus turut berkembang didalamnya. Hal ini harus dilakukan karena sesuai dengan Landasan BK tentang perkembangan IPTEK. Menurut Kartadinata (2002) dalam tulisan Uman Suherman menjelaskan bahwa tatanan kehidupan abad 21 sebagai era globalisasi, ditopang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Dengan teknologi (terutama teknologi informasi), umat manusia benar-benar menjadi satu. Nampaknya tidak ada lagi sudut-sudut wilayah bumi yang tersekat dan terisolasi berkat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi itu. Kini umat manusia bukan lagi berbicara jarak antara suatu negara dengan negara lainnya yang dihitung dalam satuan hari atau jam, melainkan dalam hitungan detik karena cybernet dan cybernation (2007:5).
Landasan BK tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan efektifitas penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling profesional, maka pekerjaan profesi itu harus ditata berlandaskan tuntutan masyarakat pengguna juga mengacu pada rujukan teori-teori yang berkenaan dengan landasan filosofis, sosiologis, psikologis, sosio-kultur, dan sistem nilai baik yang bersifat umum maupun keagamaan (Uman Suherman, 2007:2)
Sesuai dengan hal diatas, perkembangan Teknologi Informasi (IT) dalam bidang BK saat ini merupakan tantangan berat Guru Pembimbing. Hal ini dikarenakan IT merupakan hal baru bagi mereka dan bila tidak memulai dari saat ini akan membuat BK terlihat tertinggal dari bidang pendidikan lainnya.
Pada jenis layanan BK dalam pola 17 terdapat jenis layanan informasi untuk peserta didik. Selama ini, biasanya dalam pelaksanaan layanan informasi atau pemberian informasi dilakukan dengan teknik klasikal atau kelompok, secara massal, ataupun menggunakan media BK seperti, leaflet, pamflet, atau pun Papan Bimbingan Tempel. Dari penggunaan media yang disebut diatas, terdapat salah satu media layanan informasi BK yang selama ini memuat informasi-informasi serta materi-materi yang mengundang unsur bimbingan yang perlu diketahui oleh siswa yaitu Papan Bimbingan. Dalam pelaksanaannya, kadang konsep tampilan Papan Bimbingann hampir sama dengan majalah dinding. Tujuan dari Papan Bimbingan senada dengan pengertian papan bimbingan dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah (2000 : 91) yang menyatakan bahwa papan bimbingan adalah papan yang memuat hal-hal yang perlu diketahui oleh siswa, sehingga papan bimbingan tersebut memuat informasi-informasi siswa serta materi-materi yang mengundang unsur bimbingan.
Banyaknya materi bimbingan dan informasi BK yang harus disampaikan kepada siswa mengharuskan guru BK harus selalu memperbaharui materi yang dipasang pada Papan Bimbingan, sehingga tidak jarang apabila materi Papan Bimbingan yang ditempel tidak berubah karena kesibukan guru BK dengan berbagai program yang lain atau karena menangani masalah siswa. Padahal informasi dalam papan bimbingan tersebut bisa membantu siswa dalam memecahkan masalah belajar mereka ataupun kehidupan sehari-sehari.
Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, Guru BK bisa memanfaatkannya dengan untuk memberikan informasi kepada siswa melalui internet. Dengan membuat website yang dapat berisi tentang informasi bimbingan ataupun informasi sekolah, serta materi apapun dapat diperbaharui secara mudah dengan menggunakan komputer yang terhubung jaringan internet. Hal inilah yang dipandang sebagai salah satu layanan informasi yang menunjukkan bahwa BK mampu menjawab tantangan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini.
Selain itu, layanan konseling juga masih terbatas pada pelaksanaan konseling face to face. Padahal dengan keberagaman tipe individu atau peserta didik, sebagai contoh adalah individu yang bertipe introvet yang membuat indiividu tersebut sulit untuk menceritakan masalahnya bila dalam kondisi bertatap muka atau secara langsung, seharusnya bisa menjadi celah perkembangan metode konseling dalam perkembangan teknologi saat ini.
Teknologi Informasi yang muncul di Indonesia saat ini tidak hanya terlihat dengan maraknya peralatan komputer saja, namun juga teknologi jaringan komputer (computer network). Yang pada awalnya hanya terbatas pada jaringan beberapa komputer yang terhubung, atau sering disebut intranet, yaitu sistem jaringan beberapa komputer yang terhubungan dengan kabel, kini perkembangannya menjadi internet, yaitu sistem jaringan komputer yang menghubungan dengan berjuta-juta penguna komputer yang terhubung dengan ISP (Internet Servis Provider) dimana penghubungnya melalui jaringan satelit. Perkembangan internet ini juga menunjukkan dengan munculnya media-media informasi dengan domain tertentu yang beralamat pada www (world wide web) seperti .com (baca: dot com), atau orang-orang pengguna internet biasa menyebut dengan website.
Untuk memiliki sebuah alamat domain tersebut seseorang harus mengeluarkan biaya, dan proses pembuatan website juga harus memiliki keahlian khusus dalam penggunaan bahasa pemprograman (HTML/XML). Namun dengan berkembangannya konsep webpage ini membuat salah satu pengguna internet memunculkan konsep weblog atau familiar dengan sebutan blog, yaitu sebuah website pribadi yang berada dalam sebuah website blog enggine yang menyediakan layanan alamat domain dan tampilan website dimana untuk pengelolaan website pribadi (weblog atau blog) tersebut diserahkan kepada pengguna weblog tersebut dan alamat domain didapatkan secara gratis namun masih berada di website lain.
Pada awalnya weblog atau blog ini sering digunakan orang sebagai diary online yang berisi tentang catatan harian seseorang ataupun pemikiran- pemikiran pribadi mereka tentang suatu masalah. Seiring perkembangannya hingga saat ini, blog telah digunakan sebagai media untuk mempublikasikan ide-ide pribadi, namun ada beberapa yang menjadikan blog ini sebagai sumber informasi tentang bermacam-macam bidang keilmuan atau sumber belajar. Hal ini dikarenakan blog dalam pembuatan maupun penggunaannya lebih mudah dari pada membuat website pada umumnya, karena untuk bisa menggunakan blog seseorang tidak harus memahami bahasa pemrograman komputer (HTML/XML).
Perkembangan manfaat internet sebagai salah satu media dalam pembelajaran membuat BK harus bisa berkembang pada bidang tersebut, terutama sebagai salah satu bentuk layanan khusus kepada siswa kelas ICT karena mereka dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (PBM) sudah menggunakan internet sebagai salah satu media belajar. Dengan menggunakan internet dalam layanan informasi BK, berbagai bidang bimbingan bisa terkumpul menjadi satu dalam sebuah halaman website. Dengan masuk ke dalam link bidang tertentu, peserta didik dapat memilih layanan informasi bimbingan yang dia butuhkan saat itu.
Perkembangan konseling dengan menggunakan internet juga dapat terlaksana dengan menggunakan media interaksi didalam internet, yaitu dengan chating (bercakap langsung lewat tulisan), mailing-list (email group), dan email (Electronic Mail). Setiap media interaksi dalam internet itu juga memiliki fungsi tertentu dalam pelaksanaan konseling, seperti chatting dapat digunakan sebagai media konseling personal (guru pembimbing dan siswa), atau jika masing-masing memiliki fasilitas webcam (web camera) dan head set-mic, guru pembimbing dan siswa dapat saling melihat dan bercakap langsung. Mailing list (milis) dapat digunakan sebagai media konseling kelompok untuk setiap kelas, dan email dapat digunakan sebagai pengganti kotak masalah untuk konsultasi. Bahkan, dibeberapa negara maju pelaksanaan cybercounseling (konseling melalui internet) sudah dilakukan bahkan telah memiliki kode etik tersendiri (www.ncbb.org), namun di Indonesia hal ini masih terbatas dalam wacana pengembangan bimbingan dan konseling berbasis internet.
Di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, sejak tahun ajaran 2006/2007 telah mengadakan kelas ICT (Information Communication Technology/Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sehari-hari telah menggunakan internet sebagai salah satu media belajar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti yang dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2007 pada siswa kelas ICT dan Koordinator BK, di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta hingga saat terakhir peneliti ke sekolah pada bulan Februari 2009, belum memiliki layanan Bimbingan dan Konseling berbasis internet, hal ini menunjukkan bahwa layanan Bimbingan dan Konseling belum sepenuhnya mampu mengakomodir kebutuhan peserta didik terutama di kelas ICT tersebut. Karena berdasar hasil wawancara dengan siswa kelas ICT tersebut, sebagian besar siswa kelas ICT tersebut mengaku memerlukan adanya layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta memiliki layanan BK berbasis internet, hal ini dikarenakan mereka setiap hari mengakses internet, sehingga siswa kelas ICT tersebut bisa mendapatkan layanan informasi bimbingan dan konseling tidak hanya di sekolah saja. Selain itu, guru pembimbing siswa kelas ICT SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta juga merasa perlu adanya media online yang terhubung dengan jaringan internet agar komunikasi dengan siswa dapat dilakukan tidak hanya dilakukan di sekolah saja.
Berdasarkan realita yang dipaparkan diatas dan pemaparan masalah yang terjadi pada pelaksanaan BK di kelas ICT di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, maka peneliti mengganggap perlu untuk melakukan penelitian pengembangan media layanan informasi pada layanan bimbingan dan konseling SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta dengan menghasilkan sebuah Papan Bimbingan Online yang terhubung dengan jaringan internet dengan menggunakan blog agar guru pembimbing mudah untuk membuat dan menggunakannya.
Catatan : tulisan berasal dari sebuah skripsi, Faiz Mudhokhi, PENGEMBANGAN PAPAN BIMBINGAN ONLINEDENGAN MENGGUNAKAN BLOG PADA SISWA KELAS XI ICT DI SMA MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA, Jurusan Bimbingan Konseling FIP UNY, 2009